Selasa, 30 April 2013

TEKNIK BERTANAM JABON PENGHASIL LOG KAYU dan PENGHIJAUAN

Semakin berkurangnya pasokan kayu dari hutan alam membuat semakin menipisnya suplai kayu sementara populasi dan pembangunan terus saja meningkat.   Hal ini membuat program kehutanan rakyat semakin menguntungkan untuk dikembangkan. Salah satu penghasil kayu yang bagus adalah Pohon Jabon. Kayu jabon merupakan jenis kayu yang bagus untuk memenuhi kebutuhan kayu di Indonesia. Selain karena pertumbuhanya yang sangat cepat, kayu jabon memiliki batang yang lurus dan kayunya tidak berserat. Jenis kayu seperti ini sangat diminati oleh kalangan perindustrian kayu di Indonesia. Jabon merupakan senis tumbuhan yang cukup kebal terhadap hama dan penyakit, sehingga tidak begitu memerlukan perawatan yang istimewa.  Saat ini sudah banyak sekali kebun Jabon yang diusahakan oleh masyarakat kita.
Jabon yang sering ditanam masyarakat sendiri ada dua jenis yaitu Jabon Putih yang nama ilmiahnya adalah Anthocephalus cadamba dan Jabon Merah yang nama ilmiahnya Anthocephalus machropyllus, keduanya dari keluarga Rubiaceae, yang sebenarnya termasuk tanaman asli Indonesia juga. 

Cara Tanam :
1. Penyiapan Lahan
Dalam proses penyiapan ini ada dua hal penting yang harus dilakukan. Pertama, pembersihan lahan dari unsur pengganggu. Seperti semak belukar, alang-alang dan berbagai tanaman yang sudah mati. Proses pembersihan bisa dilakukan dengan cara manual atau menggunakan zat kimia seperti Sodium Chlorate (5-10 g / m2).
Kedua, pengolahan tanah. Dalam hal ini, tanah perlu dikelola agar mampu memberikan kesuburan bagi tanaman yang akan hidup di tanah tersebut. Pengelolaan ini meliputi proses pemupukan, baik pupuk organik (pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia) maupun anorganik (pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi). untuk pupuk organis bisa menggunakan pupuk kandang, sementara pupuk anorganik yang biasanya dipakai adalah NPK, TSP, KCL dan SP36.
2. Penentuan Jarak Tanam
Jarak tanam memiliki peran penting dalam menentukan kualitas tanam. Karena jarak tanam ini akan mempengaruhi sebuah tanaman dalam proses memperoleh sinar matahari. Untuk budidaya Jabon, jarak tanam ideal adalah 3×4 meter dengan pola tanam monokultur. Hal ini diperlukan, mengingat ketika Jabon sudah mulai meninggi, maka masing-masing cabang akan tumbuh dan bersinggungan.
Perkebunan pada umumnya menggunakan jarak tanam yang direkomendasikan yaitu 4 x 5 m. jarak tersebut dapat memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan diameter batangnya, sebab radius lingkaran bayangan kebawah batang atas pohon adalah wilayah penyerapan unsur-unsur hara ditanah oleh akar pohon, jadi jarak 4 x 5 m adalah yang paling baik bagi pertumbuhan pohon jabon tetapi bisa juga menggunakan jarak 4 x 4 m tergantung kondisi lahan, jabon dapat hidup pada tanah Alluvial lembab (Pinggir sungai), Tanah liat, tanah lempung, podsolik coklat, tanah daerah yang ada pasang surut, iklim basah dan tropis.
Bila terlalu rapat, akan berdampak menghalangi sinar matahari yang bisa ditangkap oleh batang Jabon. Selain itu, dibagian akar akan terjadi perebutan zat makanan oleh setiap tanaman. Sehingga tanaman Jabon tidak akan bisa tumbuh secara sempurna dan pertumbuhannya hanya cenderung kurus tinggi saja.
Proses pembuatan lubang ini sebaiknya dilakukan seminggu sebelum bibit ditanam. Hal ini dilakukan guna menciptakan pemupukan awal bagi lubang tempat bibit Jabon akan ditanam.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan selama proses penanaman ini, di antaranya adalah :
  • Gali kembali tanah yang sudah diisi pupuk sebelumnya.
  • Siapkan bibit Jabon dengan cara melepasnya dari kantung atau polybag. Pada proses ini harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari rusaknya akar.
  • Masukan bibit ke dalam lubang denga hati-hati dan tegak lurus.
  • Timbun sekeliling bibit dengan tanah bekas galian.
3. Perawatan
Semprot pestisida secara aktif per 1 atau 2 minggu sekali selama 3-4 bulan tergantung keadaan gangguan, agar daun tidak dimakan ulat. Setelah daun cukup banyak fungisida sudah tidak perlu disemprotkan lagi, sebab daun tidak akan habis dimakan ulat karena daun sudah banyak.
4. Pemupukan
Untuk pertumbuhan, pemupukan dapat dilakukan minimal cukup sampai usia 3 tahun karena usia 3 tahun ke atas sumber makanan dan unsur hara dari serasah sudah terdekomposisi secara alami selama 1-3 tahun. Periode pemupukan 1-2 kali/setahun, tetapi jika ada kemampuan lebih baik pemupukan sampai batas usia mendekati masa panen.
  • Awal tanam – 1 Tahun : NPK 1 sendok makan (tabur jangan kena/menumpuk pada batang pangkal).
  • 1 tahun – 2 tahun : Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang 5 kilo + NPK 2,5 Ons.
  • 2 tahun – 3 tahun : Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang 10 kilo + NPK 7,5 Ons.
Dapat juga hanya dengan kompos :
  • 1 tahun – 2 tahun : Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang 20 kilo.
  • 2 tahun -3 tahun : Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang 20 kilo.
Kompos sangat penting perananny, Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang berperan sebagai absorbent yang dapat menyimpan mineral dan unsur hara dan memperlancar pertukaran kation di dalam tanah. Tanpa Kompos /Bokhasi /Pupuk Kandang tanah semakin lama semakin jenuh. Jika tanah jenuh tidak dapat lagi mengikat mineral sehingga pupuk yang diberikan tidak dapat mengurai ke dalam tanah dan akan menguap atau tercuci. Kompos memperbaharui kondisi tanah dan menjadikan tanah disekitar pangkal pohon/akar menjadi lembab dan subur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar